KEINDAHAN DIBALIK KOTA BAJA
Kota Baja
merupakan julukan dari Kota Cilegon, Kota Cilegon adalah nama sebuah kota di
ujung barat pulau Jawa di sisi utara masuk dalam wilayah administratif Provinsi
Banten. Cilegon juga sekaligus nama dari Kecamatan Kota Cilegon. Pada masa
pemerintahan kolonial Belanda, Cilegon merupakan wilayah administrasi setingkat
district atau kawedanaan. Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, Cilegon
menjadi salah satu di wilayah Kabupaten Serang. Pada tahun 1986 melalui
Peraturan Pemerintah No.40 tanggal 17
September 1986, Cilegon dibdntuk menjadi Kota Administratif yang terdiri dari
tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pulo Merak, Ciwandan, Cilegon dan 1
(satu) Perwakilan Kecamatan Cilegon di Cibeber.
Asal
kata Cilegon berasal dari kata “ci” atau “cai” dalam bahasa Sunda berarti air
dan kata “Legon” atau “Melegon” yang berarti Lengkungan. Cilegon bisa diartikan
sebagai kubangan air atau rawa-rawa. Hal ini sesuai dengan banyaknya nama
tempat di Cilegon yang menggunkan nam Kubang, seperti : Kubang Sepat, Kubang
Lele, Kubang Welut, Kubang Welingi, Kubang Lampit, Kubang Lampung, Kubang
Menyawak, Kubang Bale, Kubang Lesung, Kubang Lumbra, Kubang Kutu, Kubang Saron,
Kubang Wates, Kubang Sari, dan yang lainnya.
Sepintas
penyebutan kata Legon mirip dengan kata “Laguna” atau “Legoon” dalam bahasa
inggris yang berarti danau kecil atau tasik yang dikelilingi oleh karang atau
pasir yang menutup pesisir atau muara sungai. Cilegon pada Abad-16 merupakan
sebuah kampung kecil yang dikelilingi rawa-rawa atau kubang-kubang yang berubah
dan berkembang menjadi area persawahan dan pemukiman.
Nama
Cilegon dikenal karena dua hal yaitu : pertama, karena adanya peristia
bersejarah yang terjadi pada tahun 1888 sebuah peristiwa pemberontakan oleh
masyarakat Cilegon dan sekitarnya terhadap Pemerintahan kolonial Belanda. Pemberontakan
tersebut terjadi dari suatu manifestasi dampak pergolakan agraris yang
merupakan arus bawah dari alur perkembangan politik selama periode “Pax
Neerlandica” yakni periode kekuasaan colonial Belanda di Indonesia dimana ketentraman
dan ketertiban harus ditegakkan di seluruh Nusantara, para pemimpin dan pemuka
masyarakat terutama ulama tidak merasa puas atas kebijakan tersebut. Peristiwa
yang terjadi pada tahun 1888 tersebut dikenal dengan istilah “Pemberontakan
Petani Banten” atau “Geger Banten” atau “Pemberontakan K.H Wasyid”. Kedua, Nama
Cilegon juga semakin dikenal karena di daerah ini didirikan industri pengolahan
baja atau Pabrik baja Trikora pada era tahun 1962. Seiring berkembangnya
perusahaan tersebut oleh pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah
Nomor 35 tahun 31 Agustus 1970 yang mengubah Pabrik baja Trikora menjadi Pabrik
baja PT. Krakatau Steel Cilegon. Maka dari itu julukan bagi Kota Cilegon adalah
Kota Baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara
karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan Industri
Krakatau Steel Cilegon.
Di Kota Cilegon
terdapat berbagai macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak,
Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau
Steel, PLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik,
Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant. Oleh sebab itu banyak sekali orang yang dari luar kota dan
luar negeri pindah ke Kota Cilegon, karena ingin mencari pekerjaan dan
kehidupan yang layak di Kota Cilegon. Melihat dari Kota Cilegon yang terkenal
akan banyaknya pabrik industri, maka sangat wajar sekali banyak masyarakat yang mengetahui Kota Cilegon dan ingin
bertempat di kota tersebut.
Tidak hanya itu saja budaya yang yang tercipta
di Kota Cilegon
merupakan budaya campuran (mestizo) tetapi secara umum budaya Kota Cilegon merupakan
budaya Jawa Banten dengan pencampuran unsur sunda yang sangat kental dengan
pengaruh keislaman.
Adapun budaya
masyarakat Kota Cilegon antara
lain tarian Bendrong Lesung, Patingtung Bambu, Pencak Silat Khas Cilegon,
Rampak Bedug dan Ubrug.
Sedangkan budaya lain yang berupa benda
adalah Batik Lereng Lesung Mandiri, Golok, dan
alat musik patingtung. Bahasa
yang digunakan di Kota Cilegon yaitu Bahasa Indonesia jamak umum, hampir seluruh
masyarakat asli dari suku Jawa Banten mampu mengucapkan bahasa ini baik dengan
batasan ataupun
bukan. Penggunaan bahasa lain yang umum adalah bahasa jawa, bahasa sunda dan
bahasa minang. Bahasa lain dipergunakan oleh para suku pendatang yang turut
menambah keragaman budaya Kota Cilegon. Oleh sebab itu, melestarikan keragaman budaya, dan bahasa
patut selalu dijaga dan di terapkan di kehidupan sehari-hari agar budaya yang telah
ada di Kota Cilegon tidak hilang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar