Minggu, 03 Januari 2016

Keindahan di Balik Kota Baja

KEINDAHAN DIBALIK KOTA BAJA
Kota Baja merupakan julukan dari Kota Cilegon, Kota Cilegon adalah nama sebuah kota di ujung barat pulau Jawa di sisi utara masuk dalam wilayah administratif Provinsi Banten. Cilegon juga sekaligus nama dari Kecamatan Kota Cilegon. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda, Cilegon merupakan wilayah administrasi setingkat district atau kawedanaan. Pada masa pemerintahan Republik Indonesia, Cilegon menjadi salah satu di wilayah Kabupaten Serang. Pada tahun 1986 melalui Peraturan Pemerintah No.40  tanggal 17 September 1986, Cilegon dibdntuk menjadi Kota Administratif yang terdiri dari tiga wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Pulo Merak, Ciwandan, Cilegon dan 1 (satu) Perwakilan Kecamatan Cilegon di Cibeber.
Asal kata Cilegon berasal dari kata “ci” atau “cai” dalam bahasa Sunda berarti air dan kata “Legon” atau “Melegon” yang berarti Lengkungan. Cilegon bisa diartikan sebagai kubangan air atau rawa-rawa. Hal ini sesuai dengan banyaknya nama tempat di Cilegon yang menggunkan nam Kubang, seperti : Kubang Sepat, Kubang Lele, Kubang Welut, Kubang Welingi, Kubang Lampit, Kubang Lampung, Kubang Menyawak, Kubang Bale, Kubang Lesung, Kubang Lumbra, Kubang Kutu, Kubang Saron, Kubang Wates, Kubang Sari, dan yang lainnya.
Sepintas penyebutan kata Legon mirip dengan kata “Laguna” atau “Legoon” dalam bahasa inggris yang berarti danau kecil atau tasik yang dikelilingi oleh karang atau pasir yang menutup pesisir atau muara sungai. Cilegon pada Abad-16 merupakan sebuah kampung kecil yang dikelilingi rawa-rawa atau kubang-kubang yang berubah dan berkembang menjadi area persawahan dan pemukiman.
Nama Cilegon dikenal karena dua hal yaitu : pertama, karena adanya peristia bersejarah yang terjadi pada tahun 1888 sebuah peristiwa pemberontakan oleh masyarakat Cilegon dan sekitarnya terhadap Pemerintahan kolonial Belanda. Pemberontakan tersebut terjadi dari suatu manifestasi dampak pergolakan agraris yang merupakan arus bawah dari alur perkembangan politik selama periode “Pax Neerlandica” yakni periode kekuasaan colonial Belanda di Indonesia dimana ketentraman dan ketertiban harus ditegakkan di seluruh Nusantara, para pemimpin dan pemuka masyarakat terutama ulama tidak merasa puas atas kebijakan tersebut. Peristiwa yang terjadi pada tahun 1888 tersebut dikenal dengan istilah “Pemberontakan Petani Banten” atau “Geger Banten” atau “Pemberontakan K.H Wasyid”. Kedua, Nama Cilegon juga semakin dikenal karena di daerah ini didirikan industri pengolahan baja atau Pabrik baja Trikora pada era tahun 1962. Seiring berkembangnya perusahaan tersebut oleh pemerintah kemudian mengeluarkan Peraturan Pemerintah Nomor 35 tahun 31 Agustus 1970 yang mengubah Pabrik baja Trikora menjadi Pabrik baja PT. Krakatau Steel Cilegon. Maka dari itu julukan bagi Kota Cilegon adalah Kota Baja mengingat kota ini merupakan penghasil baja terbesar di Asia Tenggara karena sekitar 6 juta ton baja dihasilkan tiap tahunnya di Kawasan Industri Krakatau Steel Cilegon.
Di Kota Cilegon terdapat berbagai macam objek vital negara antara lain Pelabuhan Merak, Pelabuhan Cigading Habeam Centre, Kawasan Industri Krakatau SteelPLTU Suralaya, PLTU Krakatau Daya Listrik, Krakatau Tirta Industri Water Treatment Plant. Oleh sebab itu banyak sekali orang yang dari luar kota dan luar negeri pindah ke Kota Cilegon, karena ingin mencari pekerjaan dan kehidupan yang layak di Kota Cilegon. Melihat dari Kota Cilegon yang terkenal akan banyaknya pabrik industri, maka sangat wajar sekali banyak masyarakat  yang mengetahui Kota Cilegon dan ingin bertempat di kota tersebut.

Tidak hanya itu saja budaya yang yang tercipta di Kota Cilegon merupakan budaya campuran (mestizo) tetapi secara umum budaya Kota Cilegon merupakan budaya Jawa Banten dengan pencampuran unsur sunda yang sangat kental dengan pengaruh keislaman. Adapun budaya masyarakat Kota Cilegon antara lain tarian Bendrong Lesung, Patingtung Bambu, Pencak Silat Khas Cilegon, Rampak Bedug dan Ubrug. Sedangkan budaya lain yang berupa benda adalah Batik Lereng Lesung Mandiri, Golok, dan alat musik patingtung. Bahasa yang digunakan di Kota Cilegon yaitu Bahasa Indonesia jamak umum, hampir seluruh masyarakat asli dari suku Jawa Banten mampu mengucapkan bahasa ini baik dengan batasan ataupun bukan. Penggunaan bahasa lain yang umum adalah bahasa jawa, bahasa sunda dan bahasa minang. Bahasa lain dipergunakan oleh para suku pendatang yang turut menambah keragaman budaya Kota Cilegon. Oleh sebab itu, melestarikan keragaman budaya, dan bahasa patut selalu dijaga dan di terapkan di kehidupan sehari-hari agar budaya yang telah ada di Kota Cilegon tidak hilang.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar